https://jazirah.times.co.id/
Coffee TIMES

Murahnya Suara Anak Muda dalam Pemilu 2024

Friday, 02 February 2024 - 17:37
Murahnya Suara Anak Muda dalam Pemilu 2024 Hafiz Aqmal Djibran, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMES JAZIRAH, MALANG – Jika pemilu 2024 dikatakan sebagai pemilu "Anak Muda” dipastikan ada benarnya. Sebab dari total 204,8 Juta pemilih 52% atau 107 juta berasal dari pemilih muda. Sebagai mayoritas pemilih (voters) tentunya memiliki andil besar untuk menentukan masa depan negara. Tentunya pemilu kali ini bukan ajang main-main, tipikal anak muda yang “bebas lepas” harus disikapi dengan bijak. Terlebih lagi masa–masa muda yang cenderung masih mencari jati diri dan jauh dari stabilitas kehidupan atau terkenal dengan istilah “quarter life crisis”. 

Ada semacam tantangan tersendiri bagi para kontestan pemilu 2024 atau sebut saja mereka para calon presiden. Ya, untuk meraih suara dominan dari anak muda tentunya mereka perlu mengambil hati kita–kita anak muda. Pelbagai cara dilakukan para calon–calon presiden agar bisa mendapatkan hati dari para anak muda. Namun, sangat disayangkan, para calon presiden seolah–olah menganggap anak muda hanya sebagai “objek suara” saja. Maksud dari “objek suara” ini bahwa calon presiden hanya menjadikan anak muda sebagai sasaran empuk kepentingan mereka tanpa dilibatkan ke ranah–ranah fundamental seperti pembedahan visi misi, diskusi program, dialog dua arah, hingga bicara ke arah ideologi. 

Hari ini realitas yang terjadi diksi “Anak Muda” seolah–olah diibaratkan seperti barang murah yang diobral dengan tujuan "asal laku saja". Suara anak muda hanya dijadikan komoditas politik untuk kepentingan pribadi maupun golongan. Padahal, jika kita komparasikan dengan teori ekonomi supply and demand, harga dari suatu barang dipengaruhi oleh permintaan (demand). Dalam artian sederhana, semakin banyak kebutuhan suara para calon presiden terhadap anak muda, maka semakin mahal suara anak muda tersebut. Konsep ini harusnya menjadi pesan bagi anak muda bahwa suara kalian menjadi barang berharga di pemilu 2024. Bukan sebaliknya.  

Kecenderungan anak muda susah yang bersifat ceroboh dalam mengambil keputusan tentunya harus menjadi atensi tersendiri pada anak muda. Seorang individu ketika berada pada masa menuju dewasa cenderung memiliki emosi yang naik-turun. Hingga akhirnya terpengaruhi oleh hal-hal eksternal di dalam proses mengambil keputusan. Jangan sekali-kali kalian anak muda menyatakan pilihan kalian ke calon presiden berdasarkan emosional saja. Akan tetapi kedepankan rasionalitas kalian untuk memilih kepala negara. 

Kebijaksanaan dalam mengambil keputusan menjadi hal yang mendasar bagi anak muda guna menghasilkan keputusan yang berkualitas. Bandingkan para calon presiden berdasarkan visi–misi, ideologi partai, gagasan, rekam jejak, hingga kapasitas dan kapabilitasnya. Bukan membandingkan mereka berdasarkan ekspresif, intuitif, stylish, hingga gimik-gimik belaka. 

Dengan masifnya teknologi informasi saat ini, pemilih muda mendapatkan informasi seputar pemilu melalui saluran media sosial. Media sosial menjadi saluran informasi yang paling dekat dengan anak muda. Berbagai aplikasi seperti tiktok,  twitter, Instagram, youtube, whatsapp, dan lain sebagainya. Dalam hemat saya, konsekuensi dari perkembangan teknologi informasi tersebut adalah efektifitas strategi para capres untuk membangun personal branding pada anak muda. Pemasangan Alat Peraga Kampanye (APK) berbentuk fisik seperti baliho, videotron, bahkan melalui papan reklame dalam hemat saya sudah tidak efektif lagi di kalangan anak muda.

Saat ini anak muda tidak dianggap main–main lagi dalam melihat situasi dan kondisi negara. Sikap kritis yang ada pada anak muda harus termanifestasi di tanggal 14 februari nanti. Kita semua tentu ingat bahwa semangat anak muda terkhusus mahasiswa yang memiliki julukan “agent of change” mampu menumbangkan rezim orde baru di tahun 1998. 

Saat ini tak jarang para calon presiden membangun dirinya seolah–olah sebagai representasi anak muda, partai anak muda, hingga berpose dan bergaya anak muda. Berusaha menampilkan diri mereka sebagai sosok yang paling dekat dengan anak muda. Satu hal yang penting untuk para calon presiden ketahui. Saya sebagai satu dari jutaan anak muda yang akan menentukan nasib bangsa ini di tanggal 14 februari merasa muak dan jijik dengan slogan–slogan dalam membangun sosok diri kalian. Anak muda tidak butuh representasi. Anak muda hanya butuh sosok yang memiliki kesamaan kepentingan dengannya. Ini perlu atensi yang lebih untuk para calon presiden untuk meraih suara para anak muda.

Toh banyak dari politisi yang mengaku sebagai representasi anak muda menggunakan cara–cara politisi tua. Demi meraih simpati dan suara dari anak muda tidak perlu berlagak menjadi “muda” tetapi yang dibutuhkan adalah gagasan yang pro kepentingan anak muda sekalipun umurnya tua.

Anak muda perlu didengar dan diperhatikan aspirasinya. Bahkan jika perlu isu–isu yang ada pada anak muda dijadikan gagasan prioritas dalam gagasan calon presiden 2024.  Dalam momentum pemilu 2024, jangan sampai jargon anak muda hanya menjadi jargon semata tanpa ada esensi di dalamnya. Demikianlah suara anak muda, tidak lebih dan tidak kurang hanya menjadi siasat dalam berkuasa.

***

*) Oleh : Hafiz Aqmal Djibran, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Writer : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Latest News

icon TIMES Jazirah just now

Welcome to TIMES Jazirah

TIMES Jazirah is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.