TIMES JAZIRAH, BANDUNG BARAT – Gadis asal Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Apris Amyllia Sutikno (19) atau akrab disapa dengan Apris, saat ini tengah menempuh pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan konsentrasi Pendidikan Seni Tari.
Sejak kecil, ia sudah akrab dengan dunia seni, terutama tari jaipong yang menjadi hobi sekaligus bagian dari kehidupannya. “Bagi saya seni bukan sekadar hiburan, tapi identitas yang harus dijaga,” ujar Apris dalam wawancara eksklusif bersama TIMES Indonesia, pada Sabtu (20/9/2025).
Prestasi dan Pengalaman
Perjalanan Apris di dunia tari tak bisa dilepaskan dari deretan prestasi yang telah ia raih. Ia pernah meraih Juara 1 tingkat Kota Cimahi kategori SMP dalam lomba tari jaipong virtual, Juara 3 Pasanggiri jaipong kategori SMP memperingati Hari Buku Sedunia ke-24 pada 2019, serta Juara 3 Pasanggiri tari jaipong tingkat Jawa Barat kategori SMP.
Tak hanya itu, Apris juga berpengalaman sebagai asisten pelatih dalam acara “Cimahi Menari 2024” yang digelar untuk memperingati Hari Tari Sedunia. Semua pengalaman ini semakin menguatkan langkahnya dalam memperjuangkan seni dan budaya.
Motivasi dan Advokasi Pelestarian Budaya
Ketertarikan Apris terhadap seni dan kebudayaan membawanya terjun ke dunia pageant Mojang Jajaka Kabupaten Bandung Barat. Ia menganggap Moka KBB sebagai wadah untuk mengembangkan diri sekaligus berkontribusi melestarikan budaya.
Momen Apris Amyllia di acara pegelaran seni dan budaya. (FOTO: Apris for TIMES Indonesia)
“Tentunya dalam hal ini saya ingin seni dipandang bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai jati diri dan kebanggaan daerah,” kata pemilik akun media sosial Instagram @aprsmyll_ dengan nada santai dan senyuman manis.
Advokasi yang digencarkan Apris berfokus pada pelestarian dan pengembangan kebudayaan lokal. Ia aktif terlibat dalam pementasan seni, mendukung komunitas lokal, hingga menyuarakan pentingnya regenerasi seniman muda.
"Menurut pandangan saya, bahwa seni dan budaya adalah cermin jati diri suatu daerah. Jika budaya hilang, maka hilang pula karakter masyarakatnya," ungkap dia menjelaskan lebih lanjut.
Peluang, Tantangan, dan Ajakan untuk Generasi Muda
Kabupaten Bandung Barat memiliki potensi besar dengan wisata alam yang indah serta budaya yang kaya. Namun tantangan muncul ketika sebagian generasi muda lebih tertarik pada budaya luar ketimbang warisan daerah sendiri.
Bagi Apris, hal ini perlu disikapi bijak dengan cara memadukan kearifan lokal dan modernitas sehingga budaya tidak tertinggal. Secara khusus dirinya mengajak generasi muda agar tidak malu mencintai dan melestarikan budaya sendiri.
“Kita bisa tetap modern tanpa meninggalkan akar budaya kita,” tuturnya.
Ia yakin dan percaya, keberlanjutan budaya ada di tangan generasi muda, dan jika dijaga bersama, Bandung Barat akan tetap teguh dengan jati dirinya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Apris Amyllia, Menjaga Jati Diri Bandung Barat Lewat Seni dan Budaya
Writer | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |