TIMES JAZIRAH, LAMONGAN – Dr Abid Muhtarom, SE., SPd.,MSE, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Lamongan (Unisla) menyatakan kenaikan dolar dan fluktuasi rupiah bisa memberi dampak ketidakpastian bagi pelaku ekonomi.
"Fenomena ini menimbulkan gelombang ketidakpastian di kalangan pelaku ekonomi, terutama ketika dipertimbangkan dalam konteks program-program pemerintah yang dinilai agresif," kata Abid.
Lebih lanjut, Abid mengatakan dampak dari kebijakan bisa merangsang pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan belanja negara namun dengan mempertimbangkan secara cermat.
"Meskipun di satu sisi dapat menjadi katalis untuk pertumbuhan, tapi peningkatan belanja negara yang signifikan juga membawa risiko terhadap stabilitas fiskal di masa depan," ujarnya.
Penurunan penerimaan negara seiring dengan normalisasi harga komoditas, Abid menegaskan, juga menjadi salah satu aspek yang menambah kompleksitas dalam ekosistem ekonomi Indonesia.
"Fenomena ini juga menciptakan ketidakpastian yang lebih besar, terutama karena dampaknya terhadap struktur pendapatan negara," ucapnya.
Meskipun data masih menunjukkan adanya surplus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), namun penurunan dari periode sebelumnya menggambarkan adanya pergeseran dalam keseimbangan fiskal.
"Penurunan pendapatan ini kemungkinan disebabkan oleh normalisasi harga komoditas, yang dapat mengurangi penerimaan dari sektor-sektor terkait," katanya.
Ketidakpastian ini, Abid mengemukakan, akan berdampak pada sentimen negatif di pasar obligasi Indonesia karena investor lebih waspada terhadap peningkatan biaya pinjaman.
"Persepsi risiko yang meningkat dapat mengakibatkan penurunan minat investasi dalam obligasi pemerintah, sehingga memperburuk kondisi keuangan negara," tutur pria yang juga Wakil Ketua GP Ansor Kabupaten Lamongan.
Sedangkan peluang yang tercipta akibat kenaikan nilai dolar dan fluktuasi rupiah, Abid membeberkan, akan terjadi diversifikasi sumber pendapatan negara.
"Akan timbul dorongan mencari sumber pendapatan baru di luar komoditas, seperti manufaktur dan pariwisata," ujar pria yang juga Komoditir CV. Kreatif Tech Innovations.
Tak hanya itu, Abid menuturkan, juga tercipta peluang pengelolaan fiskal yang lebih efisien dan alokasi anggaran yang lebih terarah. "Serta penguatan fundamental ekonomi dengan mendorong reformasi struktural dan meningkatkan daya saing," katanya.
Peran penting Bank Indonesia (BI) akibat kenaikan dolar dan fluktuasi rupaih tentunya menghadirkan kebijakan Suku Bunga Acuan (BI Rate) dengan menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar rupiah dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Selain itu juga menjaga kepercayaan investor dengan memanfaatkan kebijakan yang prudent dan komunikatif untuk meyakinkan investor domestik dan asing," ujarnya.
Meskipun terdapat tantangan yang ditimbulkan kenaikan dolar dan fluktuasi rupiah, situasi ini juga membuka peluang untuk membangun ekonomi Indonesia yang lebih kuat dan tangguh. "Untuk itu diperlukan sinergi antar pemerintah, Bank Indonesia, dan seluruh pemangku kepentingan untuk memanfaatkan peluang ini secara optimal," tutur Abid Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unisla). (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pakar Unisla: Kenaikan Dolar dan Fluktuasi Rupiah Beri Tantangan dan Peluang
Writer | : Moch Nuril Huda |
Editor | : Irfan Anshori |